Rabu, 28 Mei 2014

Kepiting Soka



          Salah satu sumberdaya hayati dari perairan yang banyak dikonsumsi dan merupakan produk konsumsi favorit adalah kepiting. Hewan air bercangkang keras dari perairan pesisir ini dikenal memiliki daging yang lezat. Di samping itu, nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya pun tinggi. Tak heran, meskipun harus bersusah payah membuka cangkang saat hendak menyantapnya, penggemar kepiting tak pernah berkurang.
          Kepiting soka adalah nama lain dari kepiting cangkang lunak. Lunaknya cangkang yang dimiliki oleh kepiting ini bukan karena jenis kepitingnya, namun karena kepiting baru melewati tahap ganti kulit (molting). Jadi, cangkang keras kepiting ditanggalkan dan muncul cangkang baru yang masih lunak. Cangkang baru yang lunak ini akan mengeras beberapa saat setelah terjadi molting.
Seiring dengan meningkatnya nilai ekonomis kepiting, hewan bercapit ini tidak lagi dipandang dan dianggap sebagai musuh petambak karena kegemarannya melubangi pematang dan memakan ikan. Tak hanya memenuhi kebutuhan lokal, kebutuhan ekspor pun telah dilakukan oleh pembudidaya kepiting soka Indonesia.

TAKSONOMI DAN MORFOLOGI
        Terdapat berbagai macam spesies kepiting yang ada di dunia ini. Ada yang hidup di lingkungan air tawar, mangrove dan laut. Dari berbagai macam jenis kepiting yang ada, jenis kepiting yang berpotensi untuk dibudidayakan adalah jenis kepiting bakau yang hidup di wilayah mangrove.
        Semua jenis kepiting bakau bisa dijadikan sebagai produk kepiting soka. Namun, jenis kepiting yang baik untuk dijadikan produk kepiting soka adalah kepiting berbadan besar. Beberapa jenis kepiting bakau yang berbadan besar adalah kepiting bakau ungu (Scylla tranquebarica), kepiting bakau hijau (Scylla serrata) dan kepiting bakau putih (Scylla paramamosain).
a.      Kepiting Bakau Ungu (Scylla tranquebarica)
          Adapun klasifikasi untuk kepiting bakau ungu adalah sebagai berikut,
Kingdom : Animalia 
Capit kepiting bakau ungu
Filum       : Arthropoda
Kelas       : Malacostraca
Ordo        : Decapoda
Famili      : Portunidae
Genus      : Scylla
            Spesies     : Scylla tranquebarica

 Kepiting bakau ungu memiliki ciri yang khas pada capitnya, yaitu berwarna ungu, halus dan tidak ada pola bulat-bulat. Kepiting bakau ungu memiliki karapaks berwarna hijau kehitaman hingga hitam dengan panjang karapaks maksimal 20 cm dengan berat mencapai 2 kg. Kepiting jenis ini banyak ditemukan di daerah mangrove dan dapat ditangkap menggunakan trap, kait maupun dengan tangan.

b.  Kepiting Bakau Hijau (Scylla serrata)
          Adapun klasifikasi untuk kepiting bakau hijau adalah sebagai berikut,
Kingdom : Animalia 
Capit kepiting bakau hijau
Filum       : Arthropoda
Kelas       : Malacostraca
Ordo        : Decapoda
Famili      : Portunidae
Genus      : Scylla
            Spesies     : Scylla serrata
        Kepiting bakau hijau memiliki karapaks yang halus dan berwarna hijau dengan panjang cangkang 25-28 cm dan berat maksimum 2-3 kg. Kepiting jenis ini memiliki capit yang berwarna hijau dengan pola bulat-bulat dan pada kaki terakhirnya juga memiliki pola bulat-bulat yang sama baik pada jantan maupun pada betina. Kepiting jenis ini biasanya hidup di lepas pantai yang berlumpur. Kepiting ini biasanya juga menggali liang yang dalam di sekitar mangrove atau di substrat lembut pada daerah pasang surut. Kepiting bakau hijau dapat ditangkap dengan menggunakan trap, kait maupun dengan tangan.
Cangkang kepiting bakau hijau

c.  Kepiting Bakau Putih (Scylla paramamosain)
          Adapun klasifikasi untuk kepiting bakau putih adalah sebagai berikut,
Kingdom : Animalia 
Capi kepiting bakau putih
Filum       : Arthropoda
Kelas       : Malacostraca
Ordo        : Decapoda
Famili      : Portunidae
Genus      : Scylla
            Spesies     : Scylla paramamosain
           Kepiting bakau putih memiliki karapaks (cangkang) berwarna hijau dengan lebar karapaks maksimal 20 cm dan berat mencapai lebih dari 2 kg. Kepiting jenis ini memiliki capit yang berwarna kuning pucat. Kepiting ini dapat ditemukan di area berbatu, pantai dan di sekitar mangrove. Kepiting bakau putih dapat ditangkap dengan trap, kait maupun dengan menggunakan tangan.


PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA
            Lokasi budidaya kepiting soka sangat berkaitan erat dengan lingkungan tempat kepiting bakau hidup. Salah memilih lokasi, kepiting akan merasa tidak nyaman untuk tinggal di dalamnya dan bisa menyebabkan stress pada kepiting bahkan kematian. Lokasi budidaya kepiting soka dapat dilakukan di perairan alami maupun di tambak.
1.  Perairan Alami
            Lokasi perairan alami yang ideal untuk budidaya kepiting soka adalah perairan mangrove, yang menjadi habitat alami kepiting bakau. Cara mudah untuk menentukan lokasi tersebut bisa dilihat dari keberadaan kepiting bakau di perairan tersebut. Semakin banyak kepiting bakau yang ditemukan, maka lokasi tersebut semakin baik dijadikan sebagai lokasi budidaya.
          Pemantauan lokasi dapat dilakukan dengan cara mengamati kondisi fisik perairan dan mengamati frekuensi kepiting yang tertangkap. Di habitatnya, keberadaan kepiting bakau dapat diketahui dari sarang kepiting yang berupa lubang di sekitar pohon bakau. Untuk menguji keberadaan kepiting di dalamnya, kita bisa memancingnya keluar dengan menggunakan pancing.
        Selain mengamati lokasi bersarangnya kepiting, perairan di sepanjang pantai yang dekat dengan hutan mangrove (khususnya bakau / Rhizophora sp.) juga berpotensi untuk dijadikan. Hal ini disebabkan kepiting juga melakukan perpindahan, baik untuk mencari sarang baru maupun mencari makanan. Untuk mengetahui seberapa banyak kepiting yang menggunakan lokasi tersebut sebagai tempat berkumpulnya, kita bisa mengetahuinya dengan melakukan penangkapan menggunakan perangkap. Perangkap yang digunakan bisa berupa jaring (gillnet) atau bubu. Semakin banyak kepiting yang tertangkap, maka semakin berpotensi pula lokasi tersebut digunakan untuk lokasi budidaya.
        Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi budidaya kepiting soka adalah letak lokasi perairan. Perairan yang terbuka cenderung memiliki gelombang dan arus yang kuat. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi umur teknis keramba yang digunakan. Sebaiknya lokasi budidaya yang dipilih adalah lokasi dengan perairan yang terlindung, seperti dalam hutan bakau atau perairan yang relatif lebih tenang.
Lokasi perairan alami


2.  Tambak
            Tambak yang bisa digunakan untuk budidaya kepiting soka relatif sama dengan tambak udang. Apa pun skala tambak yang digunakan bisa dimanfaatkan untuk budidaya kepiting ini, baik tambak tradisional, semi-intensif maupun intensif.
            Biasanya, lokasi tambak terlindung dari gempuran gelombang dan arus laut. Hal itu karena tambak umumnya dibangun di lokasi yang tidak bersentuhan langsung dengan laut. Pasokan air laut bisa dilakukan lewat saluran inlet-outlet. Sementara pada tambak intensif, pasokan air bisa menggunakan pompa. Selain itu, parameter kualitas air tambak hendaknya memenuhi parameter kualitas air untuk budidaya kepiting.
Tambak


PERSIAPAN BUDIDAYA
a.  Persiapan Keranjang dan Keramba Pemeliharaan
           Budidaya kepiting membutuhkan sarana yang tepat agar proses budidaya berjalan lancar dan bisa menghasilkan kepiting yang berkualitas. Ada dua macam sarana pemeliharaan yang dibutuhkan, yaitu tempat memelihara kepiting soka serta keramba penggemukan (fattening).
     1.  Keranjang kepiting
           Dilihat dari harga jualnya, kepiting soka memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dari kepiting bakau biasa. Oleh sebab itu, menyiapkan keranjang khusus untuk pemeliharaan sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. Umumnya, keranjang yang digunakan berbentuk persegi empat. Bahan yang digunakan bisa dari plastik atau bambu.
     2.  Keramba penggemukan
           Terkadang, bibit yang diperoleh langsung di alam tidak semuanya berada dalam kondisi gemuk. Dengan begitu, dibutuhkan proses penggemukan agar kepiting bakau kurus bisa dibudidayakan sebagai kepiting soka berbadan gemuk.
           Wadah pembesaran yang digunakan bisa berupa keramba apung. Keramba ini dibuat berbentuk kotak persegi dari bahan plastik atau rangkaian bilah bambu.

b.  Penyediaan Bibit
           Ada dua sumber bibit kepiting untuk budidaya kepiting soka, yaitu dari perairan alami dan dari panti pembenihan.
1.    Menangkap bibit
         Pengadaan bibit dari alam bisa menggunakan alat pancing dan perangkap. Metode pancing dilakukan tepat di dalam lubang sarang kepiting. Lokasi pemancingan sebaiknya dilakukan di sekitar tanaman bakau yang menjadi habitat alami kepiting. Berbeda dengan memancing ikan, memancing kepiting tidak menggunakan mata kail, tapi cukup menggunakan umpan yang diikat dengan tali atau senar. Adapun umpan yang digunakan dapat berupa daging-dagingan seperti ikan rucah, udang atau siput. Kepiting yang terpancing akan mencapit  umpan dan segera ditarik pelan-pelan agar tidak lepas. Penangkapan kepiting dengan metode pancing dilakukan pada malam hari.
          Sedangkan, penangkapan dengan metode perangkap dilakukan dengan tidak perlu pengawasan langsung ke sarang-sarang kepiting karena prinsip kerja alat ini adalah memancing untuk masuk dan menjebaknya agar tidak bisa keluar. Di samping berbentuk kantong, perangkap juga memiliki bentuk persegi maupun silinder, contohnya bubu. Alat ini juga bisa diambil sewaktu-waktu dari saat setelah pemasangan perangkap.
2.    Membeli bibit
          Selain menangkap sendiri, bibit kepiting juga bisa didapatkan dengan membeli bibit dari nelayan atau mengupah orang lain untuk mencarikan bibit kepiting. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan bibit kepiting dari petani kepiting yang menggeluti usaha pembesaran kepiting. Dengan cara ini, pasokan bibit lebih terjamin daripada mengharapkan hasil tangkapan dari alam yang biasanya berbadan kurus.

c.  Prasarana Budidaya
1. Pengangkutan bibit
       Meskipun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan, cara pengangkutan yang salah bisa mengakibatkan kematiandalam jumlah banyak. Pengangkutan sebaiknya dilakukan saat suhu rendah dan matahari belum bersinar terik karena cahaya matahari bisa menimbulkan dehidrasi yang akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya.
            Metode pengangkutan bibit kepiting bisa dilakukan dengan sistem kering. Caranya, kepiting dimasukkan dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Sebelumnya, capit kepiting diikat agar kepiting tidak saling menyerang selama di perjalanan.
2. Pengontrolan kualitas air
         Dalam budidaya kepiting bakau, pengontrolan air sangat diperlukan. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan dengan baik agar kualitas air tetap terjaga dan stabil. Selama masa pemeliharaan, pergantian air dilakukan sebanyak 50-70%. Pergantian air ini dilakukan ketika kondisi air sudah terlihat buruk yang ditandai dengan keruhnya air tambak, adanya kematian pada kepiting atau banyaknya kepiting yang naik ke permukaan wadah.
           Pada tambak yang mengandalkan air dari pasang-surut, pergantian air bisa dilakukan secara bertahap, yaitu pada sore dan pagi hari. Pada saat proses pergantian, kualitas air optimal perlu dipertimbangkan. Kondisi air yang asam mengakibatkan proses molting akan lama. Kondisi asamnya perairan ditandai dengan dinginnya suhu perairan.
        Jika menggunakan pompa, pergantian air tidak lagi mengandalkan pasang-surut. Namun, waktu pergantian air sebaknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari adanya guncangan suhu yang drastis.

PEMELIHARAAN      
            Perkembangan laju kenaikan bobot kepiting sangat bervariasi, tergantung dari kondisi individual kepiting. Pemeliharaan bibit kepiting dilakukan hingga target bobot badannya terpenuhi, umumnya sekitar 15 hari. Kepiting yang gemuk akan mudah mengalami molting.
           Kepiting yang bobotnya sudah layak untuk memasuki tahap molting selanjutnya bisa langsung dipotong capit dan kaki jalannya. Setelah pemotongan selesai, kepiting dimasukkan ke dalam keramba. Pemotongan kaki jalan dan capit kepiting memiliki beberapa tujuan, yaitu mencegah kepiting keluar dari keranjang, saling memangsa dan merangsang pertumbuhan organ baru. Terkait dengan peristiwa molting, pemotongan menyebabkan kepiting menjadi stress. Oleh karena itu, kepiting menjadi terangsang untuk melakukan molting.
          Setelah melakukan pemotongan untuk merangsang molting, langkah selanjutnya adalah pemeliharaan untuk mendapatkan produk kepiting soka.
a.    Penebaran Bibit
  Setelah pemotongan capit dan kaki jalan, kepiting disiram kembali dengan air asin. Untuk mencegah stress, penebaran dilakukan pada pagi hari atau menjelang petang.
 Pertama, kepiting dimasukkan ke dalam keranjang soliter. Kemudian keranjang tersebut ditata di atas bambu yang lebarnya telah disesuaikan dengan panjang keranjang. Setiap keranjang hanya berisi satu ekor kepiting untuk menghindari kanibalisme antara kepiting dalam keranjang.
Keranjang soliter


b.  Pakan dan Pemberian Pakan
            Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah, keong mas atau bekicot. Sebelum diberikan ke kepiting, pakan sebaiknya dicincang terlebih dahulu agar kepiting mudah memakannya.
          Karena kepiting termasuk hewan nokturnal, pemberian pakan dilakukan pada sore hari dengan frekuensi pemberian satu kali dalam sehari. Dosis pakan juga harus disesuaikan dengan jumlah kepiting di dalam tambak. Untuk menghindari terbuangnya pakan dan penumpukan senyawa organik, perlu dilakukan pengamatan terhadap sisa pakan. Dengan adanya hasil pengamatan, dosis pakan selanjutnya bisa diperkirakan.

c. Pengendalian Hama dan Penyakit
     1. Bacterial Shell Disease (BSD)
            Penyakit ini ditandai dengan terjadinya kerusakan pada cangkang yang disebabkan oleh bakteri. Penyebaran gangguan kesehatan ini akan lebih cepat jika kondisi perairan buruk dan tingkat kepadatannya tinggi. Serangan ini juga bisa menyebabkan kematian.
            Jika terlihat adanya penumpukan organik di cangkang kepiting, segera bersihkan cangkang dengan kapas yang telah dicelupkan dalam larutan iodium. Hal ini dilakukan untuk mencegah penumpukan bahan organik yang menjadi substrat bagi perkembangan bakteri yang bisa merusak cangkang.
     2. Shell Discoloration (SD)
            Penyakit ini juga dikenal dengan nama kelainan warna cangkang yang berupa munculnya warna putih pada cangkang. Penyakit ini disebabkan oleh pH tanah dan pH air yang rendah. Keasaman pH air dn tanah menyebabkan gangguan metabolisme pada kepiting sehingga mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan, bahkan kematian.
            Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan menyiapkan kolam dengan benar. Penggunaan kapur juga bisa membantu untuk memperbaiki pH tanah.
3. Shell Fouling (SF)
            Shell fouling ditandai dengan adanya teritip dan kotoran yang melekat pada cangkang kepiting. Akibatnya, penampilan kepiting menjadi kurang menarik. Adanya kepiting yang cangkangnya tertutupi teritip menunjukkan kondisi perairan budidaya yang buruk atau kepiting sedang tidak sehat. Normalnya, kepiting sehat akan membersihkan tubuhnya sendiri. Namun, frekuensi aktivitas ini jadi terbatas karena terbatasnya ruang gerak kepiting dalam keranjang.
           Penyakit ini akan menambah beban tubuh kepiting sehingga pergerakannya menjadi lambat. Selain itu, penampilan kepiting dengan teritip di tubuhnya bisa mempengaruhi nilai jual kepiting tersebut.
          Hal ini bisa dicegah dengan meningkatkan aliran air tambak untuk menghanyutkan kotoran pada tubuh kepiting, selain menyediakan ruang gerak yang lebih luas untuk kepiting. Jika cangkang telah terserang, dorong kepiting untuk segera melakukan molting.
     4. Gill Discoloration (GD)
          Gangguan ini terlihat dari adanya perubahan warna pada insang, dimulai dari abu-abu, cokelat, hingga menjadi hitam. Ini disebabkan karena tidak adanya pertukaran air dan pemberian pakan yang berlebihan.
       Gangguan ini bisa dicegah dengan menghindari penimbunan bahan organik di keranjang dari sisa-sisa pakan.
     5. Incomplete Molting (IM)
       Gangguan ini mengakibatkan proses molting menjadi tidak sempurna. Kegagalan molting umumnya disebabkan oleh faktor suhu rendah dan kurangnya gizi pada kepiting. Kepiting yang gagal molting akan lemas karena kehabisan tenaga dan bila hal ini terus berlanjut akan menyebabkan kematian pada kepiting.
            Kegagalan molting bisa dicegah dengan memberikan pakan kepiting dalam jumlah yang mamadai untuk memberikan energi yang cukup pada proses molting. Selain itu, pemeliharaan kepiting juga harus dilakukan dengan pengendalian suhu air yang optimal.


PANEN DAN PASCA PANEN
            Setelah masa pemeliharaan mencapai 15-20 hari, kepiting biasanya sudah melakukan molting, meskipun tidak serentak. Oleh karena itu, diperlukan pengontrolan ke dalam setiap sekat untuk menghindari terlewatkannya kepiting molting.
            Pengontrolan sebaiknya dilakukan pada saat pergantian waktu malam dan siang hari. Hal ini disebabkan salah satu factor pemicu molting adalah perubahan suhu dari dingin ke panas atau sebaliknya. Waktu pengontrolan bisa dilakukan setiap pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 22.00.

1. Panen
            Panen dilakukan dengan memperhatikan secara cermat kondisi kepiting. Pada saat proses molting berjalan, kepiting tidak boleh dipegang atau diangkat. Hal ini karena kepiting membutuhkan tenaga dan gerakan yang cukup kuat untuk melepaskan cangkang lamanya sehingga kondisi kepiting dalam keadaan lemah.
            Kepiting yang telah melepaskan cangkangnya harus segera diangkat. Keterlambatan mengangkat dalam waktu lebih daro 4-6 jam setelah molting bisa mengakibatkan kulit kepiting mengeras kembali. Mengerasnya cangkang kepiting tidak lepas dari proses penyerapan ion kalium dan kalsium dalam air laut. Oleh karena itu, kepiting cangkang lunak yang telah dipanen harus segera dimasukkan ke dalam air tawar untuk memperlambat proses pengerasan cangkang. Perendaman dalam air tawar juga berfungsi untuk memberikan kepiting kesempatan untuk mengabsorbsi air ke dalam tubuhnya.
            Karena ruang gerak kepiting yang terbatas dan cangkangnya yang lunak, proses pengambilan kepiting tidak perlu menggunakan alat khusus. Pemanenan cukup dilakukan dengan pengangkatan kepiting dari wadah menggunakan tangan. 

2. Pasca Panen
            Setelah melakukan perendaman dalam air tawar selama 25-30 menit, kepiting dimasukkan dalam kotak berbahan kayu atau styrofoam dengan lapisan bawah dan atas wadah pengangkutan diberi kain basah agar badan kepiting tidak mudah kering dan mengeras. Selain bisa menjaga kelembaban ruang, kain basah juga berfungsi untuk menjaga agar badan kepiting yang lunak tidak rusak akibat bersinggungan dengan wadah.
              Untuk pengiriman jarak jauh atau pengiriman ekspor, kepiting dibekukan selama 1-2 hari. Selanjutnya, kepiting disusun dalam kotak styrofoam untuk dikirim. Pembekuan dilakukan dalam freezer sehingga kepiting soka bisa awet hingga satu tahun.



Sumber:
Anyar. 2011. Proposal Kepiting Soka. Diakses melalui http://mangrovepemalang.blogspot.com/2011/12/proposal-kepiting-soka. html
Iqbal, M. 2011. Kepiting Lunak Ulhee-Lheuh. Diakses melalui http://kepitinglunakaceh.blogspot.com/2011_03_01_archive.html
Nurdin, M. dan Armando, R. 2010. Cara Cepat Panen Kepiting Soka dan Kepititng Telur.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahadyan, A. 2012. Macam-Macam Kepiting Bakau. Diakses melalui http://kepitingtakbertulang.wordpress.com/2012/06/16/macam-macam-kepiting-bakau  
Suji. 2013. Proses Menuju Budidaya Kepiting Soka. Diakses melalui http://caracaraneh.blogspot.com/2013/01/proses-menuju-budidaya-kepiting-soka.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar