Salah
satu sumberdaya hayati dari perairan yang banyak dikonsumsi dan merupakan produk
konsumsi favorit adalah kepiting. Hewan air bercangkang keras dari perairan
pesisir ini dikenal memiliki daging yang lezat. Di samping itu, nilai nutrisi
yang terkandung di dalamnya pun tinggi. Tak heran, meskipun harus bersusah
payah membuka cangkang saat hendak menyantapnya, penggemar kepiting tak pernah
berkurang.
Kepiting
soka adalah nama lain dari kepiting cangkang lunak. Lunaknya cangkang yang
dimiliki oleh kepiting ini bukan karena jenis kepitingnya, namun karena
kepiting baru melewati tahap ganti kulit (molting).
Jadi, cangkang keras kepiting ditanggalkan dan muncul cangkang baru yang masih
lunak. Cangkang baru yang lunak ini akan mengeras beberapa saat setelah terjadi
molting.
Seiring dengan meningkatnya nilai
ekonomis kepiting, hewan bercapit ini tidak lagi dipandang dan dianggap sebagai
musuh petambak karena kegemarannya melubangi pematang dan memakan ikan. Tak
hanya memenuhi kebutuhan lokal, kebutuhan ekspor pun telah dilakukan oleh
pembudidaya kepiting soka Indonesia.
TAKSONOMI
DAN MORFOLOGI
Terdapat
berbagai macam spesies kepiting yang ada di dunia ini. Ada yang hidup di
lingkungan air tawar, mangrove dan laut. Dari berbagai macam jenis kepiting
yang ada, jenis kepiting yang berpotensi untuk dibudidayakan adalah jenis
kepiting bakau yang hidup di wilayah mangrove.
Semua jenis kepiting bakau bisa dijadikan
sebagai produk kepiting soka. Namun, jenis kepiting yang baik untuk dijadikan
produk kepiting soka adalah kepiting berbadan besar. Beberapa jenis kepiting
bakau yang berbadan besar adalah kepiting bakau ungu (Scylla tranquebarica), kepiting bakau hijau (Scylla serrata) dan kepiting bakau putih (Scylla paramamosain).
a.
Kepiting
Bakau Ungu (Scylla tranquebarica)
Adapun
klasifikasi untuk kepiting bakau ungu adalah sebagai berikut,
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili :
Portunidae
Genus :
Scylla
Spesies : Scylla tranquebarica
Kepiting bakau ungu memiliki ciri yang
khas pada capitnya, yaitu berwarna ungu, halus dan tidak ada pola bulat-bulat.
Kepiting bakau ungu memiliki karapaks berwarna hijau kehitaman hingga hitam
dengan panjang karapaks maksimal 20 cm dengan berat mencapai 2 kg. Kepiting
jenis ini banyak ditemukan di daerah mangrove dan dapat ditangkap menggunakan
trap, kait maupun dengan tangan.
b. Kepiting Bakau Hijau (Scylla serrata)
Adapun klasifikasi untuk kepiting
bakau hijau adalah sebagai berikut,
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili :
Portunidae
Genus :
Scylla
Spesies : Scylla serrata
Kepiting bakau hijau memiliki karapaks yang halus dan
berwarna hijau dengan panjang cangkang 25-28 cm dan berat maksimum 2-3 kg.
Kepiting jenis ini memiliki capit yang berwarna hijau dengan pola bulat-bulat
dan pada kaki terakhirnya juga memiliki pola bulat-bulat yang sama baik pada
jantan maupun pada betina. Kepiting jenis ini biasanya hidup di lepas pantai
yang berlumpur. Kepiting ini biasanya juga menggali liang yang dalam di sekitar
mangrove atau di substrat lembut pada daerah pasang surut. Kepiting bakau hijau
dapat ditangkap dengan menggunakan trap, kait maupun dengan tangan.
Cangkang kepiting bakau hijau |
c.
Kepiting Bakau Putih (Scylla
paramamosain)
Adapun
klasifikasi untuk kepiting bakau putih adalah sebagai berikut,
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili :
Portunidae
Genus :
Scylla
Spesies : Scylla paramamosain
Kepiting
bakau putih memiliki karapaks (cangkang) berwarna hijau dengan lebar karapaks
maksimal 20 cm dan berat mencapai lebih dari 2 kg. Kepiting jenis ini memiliki
capit yang berwarna kuning pucat. Kepiting ini dapat ditemukan di area berbatu,
pantai dan di sekitar mangrove. Kepiting bakau putih dapat ditangkap dengan
trap, kait maupun dengan menggunakan tangan.
PEMILIHAN
LOKASI BUDIDAYA
Lokasi budidaya kepiting soka sangat
berkaitan erat dengan lingkungan tempat kepiting bakau hidup. Salah memilih
lokasi, kepiting akan merasa tidak nyaman untuk tinggal di dalamnya dan bisa
menyebabkan stress pada kepiting bahkan kematian. Lokasi budidaya kepiting soka
dapat dilakukan di perairan alami maupun di tambak.
1.
Perairan Alami
Lokasi
perairan alami yang ideal untuk
budidaya kepiting soka adalah perairan mangrove, yang menjadi habitat alami
kepiting bakau. Cara mudah untuk menentukan lokasi tersebut bisa dilihat dari
keberadaan kepiting bakau di perairan tersebut. Semakin banyak kepiting bakau
yang ditemukan, maka lokasi tersebut semakin baik dijadikan sebagai lokasi
budidaya.
Pemantauan lokasi dapat dilakukan
dengan cara mengamati kondisi fisik perairan dan mengamati frekuensi kepiting
yang tertangkap. Di habitatnya, keberadaan kepiting bakau dapat diketahui dari
sarang kepiting yang berupa lubang di sekitar pohon bakau. Untuk menguji
keberadaan kepiting di dalamnya, kita bisa memancingnya keluar dengan
menggunakan pancing.
Selain mengamati lokasi bersarangnya
kepiting, perairan di sepanjang pantai yang dekat dengan hutan mangrove
(khususnya bakau / Rhizophora sp.)
juga berpotensi untuk dijadikan. Hal ini disebabkan kepiting juga melakukan
perpindahan, baik untuk mencari sarang baru maupun mencari makanan. Untuk
mengetahui seberapa banyak kepiting yang menggunakan lokasi tersebut sebagai
tempat berkumpulnya, kita bisa mengetahuinya dengan melakukan penangkapan
menggunakan perangkap. Perangkap yang digunakan bisa berupa jaring (gillnet) atau bubu. Semakin banyak
kepiting yang tertangkap, maka semakin berpotensi pula lokasi tersebut
digunakan untuk lokasi budidaya.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk
menentukan lokasi budidaya kepiting soka adalah letak lokasi perairan. Perairan
yang terbuka cenderung memiliki gelombang dan arus yang kuat. Hal tersebut
tentu akan mempengaruhi umur teknis keramba yang digunakan. Sebaiknya lokasi
budidaya yang dipilih adalah lokasi dengan perairan yang terlindung, seperti
dalam hutan bakau atau perairan yang relatif lebih tenang.
Lokasi perairan alami |
2.
Tambak
Tambak
yang bisa digunakan untuk budidaya kepiting soka relatif sama dengan tambak
udang. Apa pun skala tambak yang digunakan bisa dimanfaatkan untuk budidaya
kepiting ini, baik tambak tradisional, semi-intensif maupun intensif.
Biasanya,
lokasi tambak terlindung dari gempuran gelombang dan arus laut. Hal itu karena
tambak umumnya dibangun di lokasi yang tidak bersentuhan langsung dengan laut.
Pasokan air laut bisa dilakukan lewat saluran inlet-outlet. Sementara
pada tambak intensif, pasokan air bisa menggunakan pompa. Selain itu, parameter
kualitas air tambak hendaknya memenuhi parameter kualitas air untuk budidaya
kepiting.
Tambak |
PERSIAPAN BUDIDAYA
a. Persiapan Keranjang dan Keramba Pemeliharaan
Budidaya kepiting membutuhkan
sarana yang tepat agar proses budidaya berjalan lancar dan bisa menghasilkan
kepiting yang berkualitas. Ada dua macam sarana pemeliharaan yang dibutuhkan,
yaitu tempat memelihara kepiting soka serta keramba penggemukan (fattening).
1.
Keranjang kepiting
Dilihat
dari harga jualnya, kepiting soka memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi
dari kepiting bakau biasa. Oleh sebab itu, menyiapkan keranjang khusus untuk
pemeliharaan sebanding dengan hasil yang akan diperoleh. Umumnya, keranjang
yang digunakan berbentuk persegi empat. Bahan yang digunakan bisa dari plastik
atau bambu.
2.
Keramba penggemukan
Terkadang, bibit yang diperoleh
langsung di alam tidak semuanya berada dalam kondisi gemuk. Dengan begitu,
dibutuhkan proses penggemukan agar kepiting bakau kurus bisa dibudidayakan
sebagai kepiting soka berbadan gemuk.
Wadah pembesaran yang digunakan bisa
berupa keramba apung. Keramba ini dibuat berbentuk kotak persegi dari bahan
plastik atau rangkaian bilah bambu.
b.
Penyediaan Bibit
Ada dua sumber bibit
kepiting untuk budidaya kepiting soka, yaitu dari perairan alami dan dari panti
pembenihan.
1. Menangkap
bibit
Pengadaan bibit dari alam bisa
menggunakan alat pancing dan perangkap. Metode pancing dilakukan tepat di dalam
lubang sarang kepiting. Lokasi pemancingan sebaiknya dilakukan di sekitar
tanaman bakau yang menjadi habitat alami kepiting. Berbeda dengan memancing
ikan, memancing kepiting tidak menggunakan mata kail, tapi cukup menggunakan
umpan yang diikat dengan tali atau senar. Adapun umpan yang digunakan dapat
berupa daging-dagingan seperti ikan rucah, udang atau siput. Kepiting yang
terpancing akan mencapit umpan dan
segera ditarik pelan-pelan agar tidak lepas. Penangkapan kepiting dengan metode
pancing dilakukan pada malam hari.
Sedangkan,
penangkapan dengan metode perangkap dilakukan dengan tidak perlu pengawasan
langsung ke sarang-sarang kepiting karena prinsip kerja alat ini adalah
memancing untuk masuk dan menjebaknya agar tidak bisa keluar. Di samping
berbentuk kantong, perangkap juga memiliki bentuk persegi maupun silinder,
contohnya bubu. Alat ini juga bisa diambil sewaktu-waktu dari saat setelah
pemasangan perangkap.
2. Membeli
bibit
Selain
menangkap sendiri, bibit kepiting juga bisa didapatkan dengan membeli bibit
dari nelayan atau mengupah orang lain untuk mencarikan bibit kepiting. Selain
itu, kita juga bisa mendapatkan bibit kepiting dari petani kepiting yang
menggeluti usaha pembesaran kepiting. Dengan cara ini, pasokan bibit lebih
terjamin daripada mengharapkan hasil tangkapan dari alam yang biasanya berbadan
kurus.
c. Prasarana Budidaya
1.
Pengangkutan bibit
Meskipun kepiting bakau merupakan
hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan, cara pengangkutan yang salah
bisa mengakibatkan kematiandalam jumlah banyak. Pengangkutan sebaiknya
dilakukan saat suhu rendah dan matahari belum bersinar terik karena cahaya
matahari bisa menimbulkan dehidrasi yang akhirnya cairan dalam tubuh kepiting
akan keluar semuanya.
Metode
pengangkutan bibit kepiting bisa dilakukan dengan sistem kering. Caranya,
kepiting dimasukkan dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Sebelumnya, capit
kepiting diikat agar kepiting tidak saling menyerang selama di perjalanan.
2. Pengontrolan
kualitas air
Dalam budidaya kepiting bakau,
pengontrolan air sangat diperlukan. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan
dengan baik agar kualitas air tetap terjaga dan stabil. Selama masa
pemeliharaan, pergantian air dilakukan sebanyak 50-70%. Pergantian air ini
dilakukan ketika kondisi air sudah terlihat buruk yang ditandai dengan keruhnya
air tambak, adanya kematian pada kepiting atau banyaknya kepiting yang naik ke
permukaan wadah.
Pada tambak yang mengandalkan air
dari pasang-surut, pergantian air bisa dilakukan secara bertahap, yaitu pada
sore dan pagi hari. Pada saat proses pergantian, kualitas air optimal perlu
dipertimbangkan. Kondisi air yang asam mengakibatkan proses molting akan lama. Kondisi asamnya perairan
ditandai dengan dinginnya suhu perairan.
Jika
menggunakan pompa, pergantian air tidak lagi mengandalkan pasang-surut. Namun,
waktu pergantian air sebaknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk
menghindari adanya guncangan suhu yang drastis.
PEMELIHARAAN
Perkembangan laju kenaikan bobot
kepiting sangat bervariasi, tergantung dari kondisi individual kepiting.
Pemeliharaan bibit kepiting dilakukan hingga target bobot badannya terpenuhi,
umumnya sekitar 15 hari. Kepiting yang gemuk akan mudah mengalami molting.
Kepiting yang bobotnya sudah layak
untuk memasuki tahap molting selanjutnya
bisa langsung dipotong capit dan kaki jalannya. Setelah pemotongan selesai,
kepiting dimasukkan ke dalam keramba. Pemotongan kaki jalan dan capit kepiting
memiliki beberapa tujuan, yaitu mencegah kepiting keluar dari keranjang, saling
memangsa dan merangsang pertumbuhan organ baru. Terkait dengan peristiwa molting, pemotongan menyebabkan kepiting
menjadi stress. Oleh karena itu, kepiting menjadi terangsang untuk melakukan molting.
Setelah
melakukan pemotongan untuk merangsang molting,
langkah selanjutnya adalah pemeliharaan untuk mendapatkan produk kepiting soka.
a. Penebaran Bibit
Setelah
pemotongan capit dan kaki jalan, kepiting disiram kembali dengan air asin.
Untuk mencegah stress, penebaran dilakukan pada pagi hari atau menjelang
petang.
Pertama, kepiting dimasukkan ke dalam keranjang soliter. Kemudian
keranjang tersebut ditata di atas bambu yang lebarnya telah disesuaikan dengan
panjang keranjang. Setiap keranjang hanya berisi satu ekor kepiting untuk
menghindari kanibalisme antara kepiting dalam keranjang.
Keranjang soliter |
b. Pakan dan Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan dapat berupa ikan rucah, keong mas atau
bekicot. Sebelum diberikan ke kepiting, pakan sebaiknya dicincang terlebih
dahulu agar kepiting mudah memakannya.
Karena kepiting
termasuk hewan nokturnal, pemberian pakan dilakukan pada sore hari dengan
frekuensi pemberian satu kali dalam sehari. Dosis pakan juga harus disesuaikan dengan
jumlah kepiting di dalam tambak. Untuk menghindari terbuangnya pakan dan
penumpukan senyawa organik, perlu dilakukan pengamatan terhadap sisa pakan.
Dengan adanya hasil pengamatan, dosis pakan selanjutnya bisa diperkirakan.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
1. Bacterial
Shell Disease (BSD)
Penyakit ini
ditandai dengan terjadinya kerusakan pada cangkang yang disebabkan oleh
bakteri. Penyebaran gangguan kesehatan ini akan lebih cepat jika kondisi
perairan buruk dan tingkat kepadatannya tinggi. Serangan ini juga bisa
menyebabkan kematian.
Jika
terlihat adanya penumpukan organik di cangkang kepiting, segera bersihkan
cangkang dengan kapas yang telah dicelupkan dalam larutan iodium. Hal ini
dilakukan untuk mencegah penumpukan bahan organik yang menjadi substrat bagi
perkembangan bakteri yang bisa merusak cangkang.
2. Shell Discoloration (SD)
Penyakit
ini juga dikenal dengan nama kelainan warna cangkang yang berupa munculnya
warna putih pada cangkang. Penyakit ini disebabkan oleh pH tanah dan pH air
yang rendah. Keasaman pH air dn tanah menyebabkan gangguan metabolisme pada
kepiting sehingga mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan, bahkan kematian.
Pencegahan
penyakit ini bisa dilakukan dengan menyiapkan kolam dengan benar. Penggunaan
kapur juga bisa membantu untuk memperbaiki pH tanah.
3. Shell
Fouling (SF)
Shell fouling ditandai dengan adanya
teritip dan kotoran yang melekat pada cangkang kepiting. Akibatnya, penampilan
kepiting menjadi kurang menarik. Adanya kepiting yang cangkangnya tertutupi
teritip menunjukkan kondisi perairan budidaya yang buruk atau kepiting sedang
tidak sehat. Normalnya, kepiting sehat akan membersihkan tubuhnya sendiri.
Namun, frekuensi aktivitas ini jadi terbatas karena terbatasnya ruang gerak kepiting
dalam keranjang.
Penyakit
ini akan menambah beban tubuh kepiting sehingga pergerakannya menjadi lambat.
Selain itu, penampilan kepiting dengan teritip di tubuhnya bisa mempengaruhi
nilai jual kepiting tersebut.
Hal
ini bisa dicegah dengan meningkatkan aliran air tambak untuk menghanyutkan
kotoran pada tubuh kepiting, selain menyediakan ruang gerak yang lebih luas
untuk kepiting. Jika cangkang telah terserang, dorong kepiting untuk segera
melakukan molting.
4. Gill Discoloration (GD)
Gangguan
ini terlihat dari adanya perubahan warna pada insang, dimulai dari abu-abu,
cokelat, hingga menjadi hitam. Ini disebabkan karena tidak adanya pertukaran
air dan pemberian pakan yang berlebihan.
Gangguan ini bisa
dicegah dengan menghindari penimbunan bahan organik di keranjang dari sisa-sisa
pakan.
5. Incomplete Molting (IM)
Gangguan ini mengakibatkan proses molting menjadi tidak sempurna. Kegagalan molting umumnya disebabkan oleh faktor suhu rendah dan kurangnya
gizi pada kepiting. Kepiting yang gagal molting
akan lemas karena kehabisan tenaga dan bila hal ini terus berlanjut akan
menyebabkan kematian pada kepiting.
Kegagalan
molting bisa dicegah dengan memberikan
pakan kepiting dalam jumlah yang mamadai untuk memberikan energi yang cukup
pada proses molting. Selain itu,
pemeliharaan kepiting juga harus dilakukan dengan pengendalian suhu air yang
optimal.
PANEN DAN PASCA PANEN
Setelah masa pemeliharaan mencapai
15-20 hari, kepiting biasanya sudah melakukan molting, meskipun tidak serentak. Oleh karena itu, diperlukan
pengontrolan ke dalam setiap sekat untuk menghindari terlewatkannya kepiting molting.
Pengontrolan
sebaiknya dilakukan pada saat pergantian waktu malam dan siang hari. Hal ini
disebabkan salah satu factor pemicu molting
adalah perubahan suhu dari dingin ke panas atau sebaliknya. Waktu
pengontrolan bisa dilakukan setiap pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 22.00.
1. Panen
Panen dilakukan dengan memperhatikan
secara cermat kondisi kepiting. Pada saat proses molting berjalan, kepiting tidak boleh dipegang atau diangkat. Hal
ini karena kepiting membutuhkan tenaga dan gerakan yang cukup kuat untuk
melepaskan cangkang lamanya sehingga kondisi kepiting dalam keadaan lemah.
Kepiting yang telah melepaskan
cangkangnya harus segera diangkat. Keterlambatan mengangkat dalam waktu lebih
daro 4-6 jam setelah molting bisa
mengakibatkan kulit kepiting mengeras kembali. Mengerasnya cangkang kepiting
tidak lepas dari proses penyerapan ion kalium dan kalsium dalam air laut. Oleh
karena itu, kepiting cangkang lunak yang telah dipanen harus segera dimasukkan
ke dalam air tawar untuk memperlambat proses pengerasan cangkang. Perendaman
dalam air tawar juga berfungsi untuk memberikan kepiting kesempatan untuk
mengabsorbsi air ke dalam tubuhnya.
Karena
ruang gerak kepiting yang terbatas dan cangkangnya yang lunak, proses
pengambilan kepiting tidak perlu menggunakan alat khusus. Pemanenan cukup
dilakukan dengan pengangkatan kepiting dari wadah menggunakan tangan.
2. Pasca
Panen
Setelah melakukan perendaman dalam
air tawar selama 25-30 menit, kepiting dimasukkan dalam kotak berbahan kayu
atau styrofoam dengan lapisan bawah
dan atas wadah pengangkutan diberi kain basah agar badan kepiting tidak mudah
kering dan mengeras. Selain bisa menjaga kelembaban ruang, kain basah juga
berfungsi untuk menjaga agar badan kepiting yang lunak tidak rusak akibat
bersinggungan dengan wadah.
Untuk
pengiriman jarak jauh atau pengiriman ekspor, kepiting dibekukan selama 1-2
hari. Selanjutnya, kepiting disusun dalam kotak styrofoam untuk dikirim. Pembekuan dilakukan dalam freezer sehingga
kepiting soka bisa awet hingga satu tahun.
Sumber:
Anyar. 2011. Proposal Kepiting Soka. Diakses melalui http://mangrovepemalang.blogspot.com/2011/12/proposal-kepiting-soka.
html
Iqbal, M. 2011. Kepiting Lunak Ulhee-Lheuh. Diakses
melalui http://kepitinglunakaceh.blogspot.com/2011_03_01_archive.html
Nurdin, M. dan
Armando, R. 2010. Cara Cepat Panen
Kepiting Soka dan Kepititng Telur.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahadyan, A.
2012. Macam-Macam Kepiting Bakau.
Diakses melalui http://kepitingtakbertulang.wordpress.com/2012/06/16/macam-macam-kepiting-bakau
Suji. 2013. Proses Menuju Budidaya Kepiting Soka. Diakses
melalui http://caracaraneh.blogspot.com/2013/01/proses-menuju-budidaya-kepiting-soka.html